Hadits Arbain ke 16 - Hadits Larangan Marah
Bersama Pemateri :
Ustadz Anas Burhanuddin
Hadits Arbain ke 16 – Hadits Larangan Marah merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah (الأربعون النووية) atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada 19 Ramadhan 1441 H / 12 Mei 2020 M.
Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi
Status program kajian Hadits Arbain Nawawi: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 16:30 - 18:00 WIB.
Download juga kajian sebelumnya: Hadits Arbain ke 15 – Berkata Baik, Memuliakan Tamu dan Adab Bertetangga
Mukaddimah Ceramah Agama Islam Tentang Hadits Arbain ke 16 – Hadits Larangan Marah
Pada pertemuan yang sebelumnya telah kita bahas bersama hadits nomor 15 yaitu hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu yang artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya dia berkata-kata yang baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia menghormati tetangganya. Dan Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia menghormati tamunya.”
Kali ini bersama hadits nomor 16 dari rangkaian Al-Arbain An-Nawawiyah. Masih berjumpa dengan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu lagi. Yaitu hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa seorang pria berkata kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ‘Wahai Rasulullah, berikan saya wasiat.’ Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Jangan engkau marah, jangan engkau marah.`” (HR. Bukhari)
Beliau mengulang kata “Jangan engkau marah” beberapa kali.
Hadit sini adalah hadits yang sangat shahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari Rahimahullahu Ta’ala dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu. ‘Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dausy, itu nama asli beliau. Wafat pada tahun 59 H, sahabat dengan riwayat hadits paling banyak. Maka hadits yang kemarin hadits Abu Hurairah, hadits nomor 16 ini juga hadits Abu Hurairah. Dan ternyata Abu Hurairah ini di Arbain Nawawiyah saja memiliki 9 hadits dari 42 hadits. Maka hampir seperempatnya adalah hadits riwayat beliau. Ini menunjukkan keutamaan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu. MasyaAllah..
Seperti kita ketahui bersama, agak belakangan masuk Islamnya. Hhanya empat tahun menemani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di akhir hayat beliau. Namun 4 tahun ini sungguh diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga akhirnya Abu Hurairah menjadi sahabat dengan riwayat hadits paling banyak yang jumlah hadits beliau totalnya mencapai 5.374 hadits. Allahu Akbar..
Dalam hadits ini beliau menceritakan bahwasannya ada seorang yang berkata kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengatakan:
أَوْصِنِي
Ada seorang pria yang oleh Ibnu Rajab Al-Hambali dikatakan kemungkinan beliau adalah Abu Darda. Karena dalam hadits yang lain riwayat At-Thabrani, disebutkan bahwasannya Abu Darda Radhiyallahu ‘Anhu bertanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ قَالَ لَا تَغْضَبْ ولك الْجَنَّةَ
Di sini Abu Darda Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan bahwasannya beliau meminta kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menunjukkan kepada beliau suatu amalan yang bisa membuat beliau masuk surga. Maka jawaban Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senada dengan hadits Abu Hurairah : ” لَا تَغْضَبْ (jangan engkau marah dan engkau akan mendapatkan surga).
Ini menunjukkan bahwasannya menahan amarah adalah sebuah ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ini adalah akhlak Islam, ini adalah kemuliaan dalam Islam, ini adalah amal shalih yang akan diganjar dengan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi menahan amarah adalah salah satu sebab yang bisa membuat kita masuk ke dalam surga.
Di hadits ini disebutkan bahwasannya yang bertanya adalah Abu Darda Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau adalah Uwaimir bin Zaid al-Khazraji yang wafat pada tahun 32 Hijriyah. Kata Ibnu Rajab bahwa kemungkinan yang bertanya adalah Abu Darda, namun beliau tidak memastikan. Karena bisa jadi yang seperti ini bisa terjadi pada orang lain. Karena para sahabat masing-masing punya wasiat dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka memanfaatkan momen kebersamaan dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengeruk keuntungan akhirat, menimba ilmu akhirat dari beliau.
Jadi obrolannya adalah obrolan yang berkualitas. Seperti: “Wahai Rasulullah, berikan wasiat kepada saya.” atau “Wahai Rasulullah, tunjukkan saya pada amalan yang bisa membuat saya masuk surga.” Abu Hurairah sendiri mengatakan:
أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلاَثٍ
“Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Salalm mewasiatkan kepada saya dengan 3 perkara.”
Yaitu: puasa 3 hari dalam satu bulan, kemudian dua rakaat shalat dhuha dan shalat witir sebelum tidur.
Lihat juga: 5 Wejangan Yang Rasulullah Ajarkan Untuk Abu Hurairah
Ini wasiat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu. Sang sahabat penuntut ilmu.
Jadinya adalah sebuah tradisi di kalangan para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang perlu kita teladani, perlu kita lestarikan, jadi jadikan obrolan kita adalah obrolan yang berkualitas, obrolan yang bermanfaat, obrolan yang berorientasi akhirat, tidak hanya obrolan dunia yang memang kadang-kadang mengasyikan dan melalaikan. Jangan malu untuk mengatakan: “Wahai Syaikh berikan saya wasiat, wahai Ustadz, nasehati saya, wahai Pak Guru tolong motivasi saya.”
Manfaatkan kebersamaan bersama para sahabat kita, para Ustadz kita, para guru kita dengan obrolan-obrolan akhirat seperti ini. Dan ini adalah teladan dari para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka wasiat-wasiat ini banyak. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan wasiat sesuai dengan kondisi dan karakter para sahabat ini. Maka jawabannya beda-beda.
Dan sebagian ulama atau peneliti sudah membuat tulisan-tulisan khusus tentang wasiat-wasiat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ada yang mengarang 55 wasiat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ada yang menulis 20 wasiat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, banyak. Dan salah itu wasiat itu adalah apa yang disebutkan di hadits nomor 16 dari Arbain An-Nawawiyah. Seorang pria berkata kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Beri saya wasiat.”
Wasiat adalah pesan yang penting untuk disampaikan. Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
لَا تَغْضَبْ
“Jangan marah.” Beliau ulang lagi beberapa kali, “Jangan marah.”
Kata Ibnu Rajab Al-Hambali bahwa pengulangan beberapa kali ini menunjukkan pentingnya sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini menunjukkan pentingnya wasiat beliau. Itu berarti bahwasannya hal ini penting. Karena yang pertama, diwasiatkan. Kemudian yang kedua, di ulang-ulang oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, padahal beliau itu orang yang punya Jawami’ul Kalim (kata-katanya pendek tapi sarat makna). Di sini beliau malah mengulang, mengulang, mengulang. Maka setiap muslim harus berusaha untuk menguasai skill yang satu ini. Skill “tidak marah”.
Bagaimana caranya agar kita tidak mudah marah? Karena ini adalah wasiat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ini di ulang-ulang oleh beliau, ini adalah sebab kita bisa masuk surga. Maka kita mengupas bersama bagaimana caranya agar kita bisa mempraktekkan dan menguasai ilmu tidak marah yang diwasiatkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini.
Marah tidak bisa dihindari sepenuhnya
Para ulama menjelaskan bahwasanya marah itu tidak bisa dihindari, marah itu pasti sesekali terjadi pada diri kita. Karena marah itu adalah sesuatu yang kita tidak bisa sepenuhnya kontrol, kita tidak mengharapkannya tapi kadang-kadang kita terpicu untuk marah. Karena sebab urusan duniawi ataupun urusan ukhrawi kita.
Jadi dia tidak bisa dihindari sepenuhnya. Namun para ulama mengatakan bahwa marah ini bisa ditahan untuk terjadi jika belum terjadi. Dan jika sudah terjadi maka dia bisa dikelola agar kita bisa tetap santai, tenang, tidak dikuasai oleh amarah dan angkara.
Menahan agar jangan sampai marah itu terjadi
Maka para ulama menjelaskan bahwasannya “jangan marah” ini artinya yang pertama adalah menahan agar jangan sampai marah itu terjadi. Menahan agar jangan sampai sering-sering kita terpicu untuk marah. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan mempelajari akhlak-akhlak Islam. Kalau kita belajar akhlak-akhlak Islam, maka insyaAllah ketika suatu saat ada suatu moment yang membuat kita marah, kita akan santai saja. Kita tidak akan jatuh dalam marah, insyaAllah.
Jadi ketika ada pancingan untuk marah, tapi kita tidak marah. Kenapa? Karena kita sudah terbiasa dengan akhlak Islam. Jadi resepnya yang pertama adalah mempelajari akhlak-akhlak Islam. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha mengatakan:
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
“Akhlak Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Al-Qur’an.”
Artinya semua apa yang diperintahkan oleh Al-Qur’an, beliau amalkan. Apa yang dilarang oleh Islam, maka beliau akan tinggalkan. Akhlak budi pekerti yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan dipuji oleh Al-Qur’an beliau akan kuasai dan amalkan itu. Dan akhlak-akhlak yang buruk, perangai yang dicela Al-Qur’an, beliau akan tinggalkan itu semuanya. Ini adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu tidak pernah marah untuk urusan dunia. Beliau tidak pernah marah untuk urusan beliau diejek, beliau direndahkan, beliau dihina. Seperti yang disebutkan dalam berbagai riwayat yang menjelaskan hal itu.
Dan tentunya di antara akhlak yang di perintahkan oleh Islam dan dipuji oleh Al-Qur’an adalah menahan amarah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
“Dan orang-orang yang bisa menahan amarah.” (QS. Ali-Imran[3]: 134)
Ini konteksnya dalam ayat yang memuji orang-orang yang bertakwa. Di antara sifat orang-orang yang bertakwa adalah mereka bisa menahan amarah dan memberikan maaf kepada manusia. Maka tentunya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga memiliki sifat ini.
Maka lihat لاagaimana Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu menceritakan bahwa selam 10 tahun menjadi pembantu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka beliau tidak pernah mengatakan “uf” sama sekali. Beliau tidak pernah memukul dengan tangan beliau kecuali di medan perang. Beliau tidak pernah protes dengan apa yang dilakukan oleh Anas bin Malik. Tidak pernah mengatakan kenapa kamu begini atau kenapa kamu tidak begini? Beliau tidak pernah lakukan itu seperti persaksian Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu.
Kemudian juga, beliau menahan amarah. Kalau terpicu marah, maka beliau menahannya. Ada banyak moment dimana beliau diuji dengan kemarahan, maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak keluar kata-kata yang buruk, beliau tidak memaki, beliau tidak memukul, dan para sahabat menunjukkan bahwasanya ketika beliau diuji dengan kemarahan ini maka biasanya terlihat di wajah beliau. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan dari Abu Sa’id Al-Khudri:
كَانَ النَّبِىُّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ الْعَذْرَاءِ فِى خِدْرِهَا، فَإِذَا رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ عَرَفْنَاهُ فِى وَجْهِهِ
“Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu lebih pemalu dari pada perawan di tempat pingitannya. Dan jika beliau melihat seseuatu yang tidak beliau sukai, maka kami bisa melihat hal itu pada wajah beliau.”
Jadi, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika diuji dengan kemarahan, beliau tidak mengeluarkan kata-kata yang buruk, beliau tidak beraksi dengan aksi yang tidak baik. Tapi kelihatan ada perubahan pada wajah beliau. Seperti itu caranya menahan amarah. Bayangkan ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membagi harta kepada para sahabat beliau. Ada seorang yang mengatakan:
هّذِهِ قِسْمَةٌ مَا عَدَلَ فِيْهَا وَمَا أُرِيْدَ فِيْهَا وَجْهُ اللَّه
“Ini adalah pembagian yang tidak benar, ini bukan pembagian yang membuat Allah ridha.” kata dia seperti itu.
Maka kata para sahabat -ini diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu- bahwa perkataan itu berat untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, wajah beliau berubah, beliau marah. Tapi lihat, beliau tidak keluar sumpah-serapah, beliau tidak keluar aksi-aksi yang buruk yang kalau kadang-kadang kalau kita tidak hati-hati, marah ini bisa membuat perihal yang lebih besar. Marah ini bisa membuat orang membunuh, bisa membuat orang jatuh dalam kriminalitas. Karena memang spontan, tidak ada angin, tidak ada apa-apa, sedang ngobrol sama teman, kemudian keluar kata-kata yang tidak baik dari temannya. Ketika kita tidak bisa mengontrol diri, maka kadang-kadang kita jatuh dalam pembunuhan, jatuh dalam tindakan kriminal, yang akhirnya membuat kita repot sendiri setelah itu. Masuk penjara, tidak bisa memberikan nafkah untuk keluarga dan lain sebagainya.
Simak penjelasan selanjutnya pada menit ke-18:51
Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Hadits Arbain ke 16 – Hadits Larangan Marah
Podcast: Play in new window | Download
Lihat juga: Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48440-hadits-arbain-ke-16-hadits-larangan-marah/